Home > cerita-ku > DE’ RITA… (an extra ordinary gentleman)

DE’ RITA… (an extra ordinary gentleman)

Derita itu seperti mahluk hidup, sehingga dapat kita sapa dan kita ajak berbicara untuk dijinakkan. Penjinakan ini bukan untuk membuat dia tidak ada, melainkan sekedar membuat agar orang tidak merasakan derita yang kita punya.

Banyak orang gagal menyimpan deritanya, malah tak sedikit pula yang justru menawarkan derita itu kepada siapa saja. Cara ini betul-betul berbahaya karena orang semacam itu akan segera menjadi proposal masalah di hadapan orang lain. Ia akan dengan cepat menuai hasil berupa atribut sebagai orang yang sering mengeluh, kedatangannya dianggap sebagai persoalan, tidak disukai dan pribadinya mungkin dibenci.

Membiarkan suasana hati terbaca secara terbuka hanyalah suatu kemanjaan. ”Hari ini aku sedang tak enak hati, jangan bersenandung di hadapanku, jangan menyalakan televisi atau radio, dan jangan mengganggu aku, jangan pancing kemarahanku,” katamu.

Pada akhirnya permintaanmu akan menjadi semacam kekonyolan belaka. Karena apapun suasana hatimu sekarang, dunia akan tetap berputar seperti biasa. Matahari akan tetap terbit dari timur tanpa peduli apakah kau sedang sedih atau tidak. Jika engkau kedapatan tengah memanjakan kesedihanmu, memohon pengertian dan belas kasihan orang-orang di sekitarmu, sesungguhnya engkau sedang merepotkan banyak orang.

Kesedihan yang kau pertontonkan adalah rapor buruk bagi hidupmu. Mengertilah, setiap orang punya beban dan kesedihannya sendiri sehingga untuk memahami beban dan kesedihanmu, orang boleh mengklaim nggak ada waktu.

Jika ada jenis orang yang masih saja menyediakan waktu untuk menghiburmu………., bukan berarti orang itu lebih bahagia dari hidupmu, tetapi karena ia benar-benar telah bekerja keras untuk itu. Ia menekan dengan keras deritanya sendiri demi menghibur deritamu. Ia sama sepertimu, orang yang mestinya juga punya persoalan, tetapi karena sedikit sekali ia memanjakannya, si persoalan itupun putus asa. Persoalan menjadi sesuatu yang tak terpelihara dan akhirnya pergi sia-sia.

Itulah sebabnya orang semacam itu terlihat selalu kuat, tenang dan terjaga…………..

Tak gampang panik atau kaget perilakunya…………….

Jika tengah bergembira, ia  tak terlihat berbunga-bunga ………….

Jika tengah bersedih, ia tak pernah kedapatan kusut menekuk muka………………..

Kepadanyalah orang-orang takjub dan terpana, kepadanyalah orang-orang mengadu dan bertanya. Kedatangannya menjadi sesuatu yang ditunggu, kata-katanya adalah hiburan, perilakunya adalah keteladanan, pancaran pribadinya mendatangkan kegembiraan.

Lalu siapakah orang ini ?

Ia masih orang biasa seperti kita. Bedanya, ia Cuma malu menyusahkan sekitarnya dengan kesusahannya. Ia malu membuat orang lain menderita karena deritanya. Ia paham beratnya menanggung kesedihan. Ia sungguh enggan merepotkan dunia dengan urusan dan kepentingannya sendiri. Cuma anehnya, ketika orang itu telah merasa dirinya tidak penting…………………,

ia malah menjadi sosok penting luar biasa.

( by : mas prie )



  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment